Thursday, 11 August 2016

HIMPUNAN

A. Pengertian Himpunan

Himpunan adalah kumpulan benda-benda atau obyek yang mempunyai definisi yang jelas.

Contoh:
A adalah himpunan bilangan genap antara 1 sampai dengan 11.
Anggota himpunannya adalah 2,4,6,8,10.
Jadi A = {2,4,6,8,10}
B adalah himpunan bilangan asli kurang dari 10
Anggota himpunannya adalah 1,2,3,4,5,6,7,8,9
Jadi B = {1,2,3,4,5,6,7,8,9}
C adalah himpunan nama bulan yang huruf depannya J
Anggota himpunannya adalah Januari, Juni, Juli
Jadi C = {Januari, Juni, Juli}

B. Anggota Himpunan

Anggota himpunan adalah semua benda atau obyek yang terdapat di dalam himpunan.
Anggota himpunan dinyatakan dengan notasi ∈ dan jika bukan anggota himpunan
dinyatakan dengan notasi .
Banyaknya anggota himpunan A dinyatakan dengan n(A).
Contoh:
A adalah himpunan bilangan prima kurang dari 10 ditulis:
A={bilangan prima kurang dari 10} atau A = {2,3,5,7}
maka 2 ∈ A, 3 ∈ A, 5 ∈ A, 7 ∈ A sedangkan 1 ∉ A, 4 ∉ A, 6 ∉ A, 8 ∉ A, 9 ∉ A
Banyak anggota himpunan A adalah n(A) = 4

C. Menyatakan Suatu Himpunan

Untuk menyatakan himpunan dapat digunakan 3 cara :
1. Menuliskan dengan kata-kata atau syarat keanggotaannya
2. Memberikan notasi pembentuk himpunan
3. Mendaftarkan anggota-anggotanya


No
Dengan Kata-kata
Notasi Pembentuk
Himpunan
Mendaftarkan
Anggotanya
1
A adalah himpunan
Bilangan genap di bawah 10
A={x|x < 10}
 bilangan genap
A= {2,4,6,8}
2
B adalah himpunan
kelipatan 5 di bawah 20
B={x|x < 20
 kelipatan 5}
B={5,10,15}

D. Macam-macam Himpunan

1. Himpunan kosong
Himpunan yang tidak mempunyai anggota, dilambangkan dengan { } atau 
contoh:
P adalah himpunan nama bulan yang diawali huruf K.
Tidak ada nama bulan yang diawali dengan huruf K, maka P={ }

2. Himpunan terhingga
Himpunan yang banyak anggotanya terhingga atau terbatas
contoh:
P adalah himpunan bilangan genap di bawah 5, ditulis P ={2,4}

3. Himpunan tak terhingga
Himpunan yang banyak anggotanya tak terhingga atau tak terbatas.
contoh:
Q adalah himpunan bilangan cacah, ditulis Q={0,1,2,3,...}

4. Himpunan semesta
Himpunan yang memuat semua objek (anggota himpunan) yang dibicarakan.
Himpunan semesta dilambangkan dengan “S”.
contoh:
R={1,2,3,4,5}
Himpunan semesta yang mungkin adalah: 
S={bilangan asli di bawah 10}, S={Bilangan cacah} dsb.

5. Himpunan Bagian
Himpunan A merupakan himpunan bagian dari himpunan B jika setiap anggota A
menjadi anggota B, ditulis dengan notasi A ⊂ B.
contoh:
A={2,4}
B={1,2,3,4,5}
maka A ⊂ B
Himpunan A dengan banyak anggota n(A) mempunyai himpunan bagian yang
mungkin dari himpunan itu sebanyak 2n(A).
contoh:
Diketahui himpunan A={2,3,5}à n(A) = 3
Banyak himpunan yang mungkin dari himpunan A adalah :
 
Himpunan bagian dari A adalah:
{ }, {2}, {3}, {5}, {2,3}, {2,5}, {3,5}, {2,3,5}
  
Himpunan kosong merupakan himpunan bagian dari setiap himpunan.
  
6. Himpunan Ekuivalen
Himpunan A dan B dikatakan Ekuivalen jika banyak anggota kedua himpunan
tersebut samaà n(A) = n(B).
contoh:
A={1,2,3} Ã  n(A) = 3
B={4,5,6} Ã  n(B) = 3
n(A) = n(B), maka A ekuivalen dengan B

E. Diagram Venn

Diagram Venn adalah suatu diagram yang digunakan untuk meyatakan sebuah
himpunan atau beberapa himpunan yang saling berhubungan.
Aturan untuk membuat diagram Venn:
1. Himpunan semesta digambarkan dalam sebuah persegipanjang, simbol S ditulis pada pojok kiri atas.
2. Setiap himpunan yang dibicarakan ditunjukkan dengan gambar berupa kurva tertutup sederhana.
3. Setiap anggota himpunan ditunjukkan dengan noktah atau titik

Contoh:
S= {2,4,6,8,10,12,14,16,18,20}
A={2,4,6,8,10,12}
B={10,12,14,16,18,20}

Diagram Vennnya:

F. Operasi pada Himpunan

1. Irisan Himpunan
Irisan himpunan A dan B adalah himpunan yang anggota-anggotanya merupakan
anggota himpunan A sekaligus menjadi anggota himpunan B.
Irisan himpunan A dan B dinotasikan dengan:
∩ B = {x| x ∈ A dan x ∈ B}
                                                         
Daerah yang berwarna hijau merupakan daerah ∩ B
Contoh:
Diketahui:
A={bilangan ganjil kurang dari 10}
B={bilangan prima kurang dari 10}
carilah ∩ dan gambar diagram Vennnya!
Jawab:
A={1,3,5,7,9}
B={2,3,5,7}
∩ B = { 3,5,7 }
Diagram Vennnya:
                                               

2. Gabungan Himpunan
Gabungan dua himpunan A dan B adalah himpunan yang anggota-anggotanya
merupakan himpunan A saja atau himpunan B saja.
Gabungan himpunan A dan B dinotasikan dengan:
∪ B = {x| x ∈ A atau x ∈ B}
                                                           
Daerah yang berwarna biru merupakan daerah himpunan ∪ B

contoh:
Diketahui:
A={faktor prima dari 30}
B={Nilai genap dibawah 10}
Tentukan ∪ dan gambar diagram Vennnya!
Jawab:
A={2,3,5}
B={2,4,6,8}
∪ B ={2,3,4,5,6,8}
Diagram Vennnya:
                                                             

3. Selisih Himpunan
Selisih himpunan A dan B adalah himpunan anggota A yang tidak menjadi
anggota B.
Selisih himpunan A dan B dinotasikan dengan: A – B, dibaca A kurang B

                                                             
contoh:
Diketahui:
A={1,2,3,4,5}
B={4,5,6,7,8}
Tentukan A – B!
Jawab:
A-B = {1,2,3,4,5} - {4,5,6,7,8} = {1,2,3}

4. Jumlah Himpunan
Jumlah himpunan A dan B adalah himpunan dimana anggotanya adalah gabungan A dan B tetapi bukan irisan A dan B.
                                                             
contoh:
Diketahui:
A={a,b,c,d,e,f}
B={d,e,f,g,h,i}
Tentukan A + B!
Jawab:
A+B= {a,b,c,d,e,f} + {d,e,f,g,h,i} = {a,b,c,g,h,i}

5. Komplemen
Jika S adalah himpunan semesta dan A adalah suatu himpunan.
Komplemen dari himpunan A adalah himpunan yang terdiri dari semua anggota
himpunan S yang bukan anggota himpunan A.
Komplemen A dinotasikan dengan A' atau  
                                                               

contoh:
S={1,2,3,4,5,6}
A={4,5,6}
tentukan  
Jawab:
                  = {1,2,3}

G. Sifat-sifat Operasi pada Himpunan
1. Komutatif.
∩ ∩ A
∪ B = B ∪ A

2. Asosiatif
(A ∩ B) ∩ ∩ (B ∩ C)
(A ∪ B) ∪ ∪ (B ∪ C)

3. Distributif
∩ (B ∪ C) = (A ∩ B) ∪ (A ∩ C)
∪ (B ∩ C) = (A ∪ B) ∩ (A ∪ C)

4. Dalil De Morgan
Komplemen himpunan A adalah himpunan yang anggota-anggotanya bukan
anggota A dan dilambangkan dengan .



SISTEM KOORDINAT


A.   Posisi Titik Terhadap Sumbu x dan Sumbu y

Titik-titik pada koordinat Cartesius (selanjutnya disebit bidang Koordinat) memiliki  jarak terhadap sumbu-x dan sumbu-y.

      Contoh:
Perhatikan posisi-posisi titik A, B, C, D, E, F, G, H terhadap sumbu-x dan sumbu-y pada gambar di bawah ini:


Dari gambar di atas dapat ditulis posisi titik-titik, yaitu:
1) Titik A berjarak 3 satuan terhadap sumbu-x, dan berjarak 4 satuan terhadap sunbu-y
2) Titik B berjarak 6 satuan terhadap sumbu-x, dan berjarak 3 satuan terhadap sunbu-y
3) Titik C berjarak -4 satuan terhadap sumbu-x, dan berjarak 2 satuan terhadap sunbu-y
4) Titik D berjarak -6 satuan terhadap sumbu-x, dan berjarak 6 satuan terhadap sunbu-y
5) Titik E berjarak -3 satuan terhadap sumbu-x, dan berjarak -3 satuan terhadap sunbu-y
6) Titik F berjarak -6 satuan terhadap sumbu-x, dan berjarak -6 satuan terhadap sunbu-y
7) Titik G berjarak 6 satuan terhadap sumbu-x, dan berjarak -4 satuan terhadap sunbu-y
8) Titik H berjarak 4 satuan terhadap sumbu-x, dan berjarak -6 satuan terhadap sunbu-y


Maka penulisan koordinat titik A, B, C, D, E, F, G, dan H pada    bidang    koordinat sebagai berikut:


Pembagian Bidang Koordinat

Sumbu-x dan sumbu-y membagi bidang koordinat menjadi 4 kuadran, yaitu:
1)   Kuadran I  : Koordinat-x positif dan koordinat-y positif
2)   Kuadran II : Koordinat-x negatif dan koordinat-y positif
3)   Kuadran III: Koordinat-x negatif dan koordinat-y negatif
4)   Kuadran IV: Koordinat-x positif dan koordinat-y positif

Pembagian kuadran dapat dilihat pada gambar dibawah ini:



B.   Posisi Titik Asal (0, 0) dan Titik Tertentu (a, b)

Titik Asal O (0, 0) adalah sebuah titik acuan untuk menentukan posisi titik tertentu (a, b) yang berada pada koordinat cartesius. Menentukan posisi titik terhadap titik asal sama dengan menentukan posisi titik terhadap sumbu x dan sumbu y, namun ada titik acuannya yaitu titik asal/pusat koordinat. 


Perhatikan gambar berikut:




C.   Posisi Garis terhadap Sumbu-x dan Sumbu-y

 Garis yang sejajar dengan sumbu-x dan sumbu-y

1.   Dua buah garis dikatakan sejajar jika kedua garis tersebut memiliki jarak yang selalu sama.
2.   Jika garis m sejajar dengan garis n, dan garis m tegak lurus terhadap sumbu x maka garis n juga tegak lurus dengan sumbu X.
3.   Jika garis m sejajar dengan garis n, dan garis m tegak lurus terhadap sumbu y maka garis n juga tegak lurus dengan sumbu Y.
     
      Garis m dan n sejajar sumbu-x



Garis m dan n sejajar sumbu-y


      
     Garis berpotongan dengan sumbu-x dan sumbu-y

Jika suatu garis tidak sejajar dengan sumbu koordinat, maka garis tersebut akan berpotongan dengan sumbu X maupun sumbu Y, karena posisi garis dan sumbu koordinat terletak dalam satu bidang datar.

Garis m berpotongan terhadap sumbu-x dan sumbu-y












0 komentar:

Post a Comment