Terdapat
berbagai macam ikan laut dan ikan air tawar, sapi, harimau,
gajah, anoa, tapir, berbagai macam burung, aneka ragam kupu-kupu
dan berbagai jenis hewan lain. Indonesia juga memiliki berbagai
jenis tumbuhan yang asli dari Indonesia dan tumbuhan dari wilayah
lain yang dapat tumbuh di Indonesia, misalnya anggrek, melati dan
lain sebagainya. Agar keberadaan hewan dan tumbuhan tetap lestari
dan tidak punah diperlukan kemampuan untuk melakukan reproduksi,
mampu beradaptasi dan lolos dari seleksi alam.
A. Reproduksi
pada Tumbuhan
Pada bab
ini akan dipelajari berbagai macam cara reproduksi
kelompok besar tumbuhan, yaitu tumbuhan berbiji tertutup (Angiospermae),
tumbuhan berbiji terbuka (Gymnospermae), tumbuhan paku (Pteridophyta)
danLumut (Bryophyta).
1. Reproduksi Tumbuhan Angiospermae
Tanaman mangga, rambutan,
kelapa, padi, dan jagung merupakan contoh dari kelom-
pok tumbuhan Angiospermae.
Tumbuhan Angiospermae atau
tumbuhan biji tertutup adalah tumbuhan yang memiliki ciri bakal biji berada
dalam bakal buah (ovarium). Bakal buah adalah bagian putik yang
membesar yang tersusun oleh daun buah (karpel). Bakal buah selanjutnya
akan berkembang menjadi buah dan bakal biji berkembang menjadi biji. Tumbuhan
biji tertutup sangat penting bagi kehidupan manusia maupun
hewan, karena tumbuhan inilah yang menyediakan hampir semua
bahan makanan yang berasal dari tumbuhan. Tumbuhan Angiospermae
mengalami reproduksi aseksual dan reproduksi seksual.
a. Reproduksi Aseksual
Tumbuhan dapat bereproduksi dengan menggunakan bagian
tumbuhan seperti akar, batang, ataupun daun. Cara reproduksi tumbuhan
dengan menggunakan bagian tumbuhan disebut reproduksi
secara vegetatif. Reproduksi tumbuhan secara vegetatif disebut juga
reproduksi aseksual karena tumbuhan dapat menghasilkan individu
baru tanpa melibatkan proses fertilisasi (proses peleburan inti
sel sperma dengan inti sel telur sehingga membentuk
zigot). Tumbuhan dapat melakukan reproduksi aseksual karena
tumbuhan memiliki sel-sel yang memiliki kemampuan untuk berkembang
menjadi berbagai jenis sel penyusun jaringan dan organ tumbuhan
yang disebut sel meristem. Keturunan yang dihasilkan dari reproduksi
aseksual memiliki sifat atau karakter yang sama dengan sifat
induk.
1) Reproduksi Aseksual Alami
Tumbuhan dapat bereproduksi dengan bantuan manusia dan ada pula tumbuhan
yang dapat bereproduksi tanpa bantuan manusia (secara alami).
Tumbuhan yang dapat bereproduksi
dengan bagian tubuhnya
tanpa bantuan manusia inilah yang disebut dengan
reproduksi aseksual
alami atau reproduksi vegetatif alami. Berikut ini
adalah berbagai macam cara reproduksi aseksual alami.
a) Rhizoma
Beberapa tumbuhan bereproduksi
dengan tunas pada batang yang ada di dalam tanah Batang yang ada di dalam
tanah disebut rhizoma. Beberapa contoh tumbuhan yang reproduksi
dengan rhizoma adalah jahe, kunyit, lengkuas, dan temulawak.
b) Stolon
Pada rumput dan beberapa tanaman
lain misalnya stroberi dan pegagan terdapat batang yang
menjalar di atas tanah. Batang tumbuhan yang menjalar di atas
tanah disebut stolon (geragih). Tunas dapat tumbuh pada buku
dari stolon. Saat
tunas terpisah dari tanaman induk, tunas sudah
mampu tumbuh menjadi individu baru.
c) Umbi Lapis
Dinamakan umbi lapis karena memperlihatkan
susunan berlapis-lapis
yang terdiri atas daun yang menebal, lunak
dan berdaging dan batang yang Lapisan berupa bagian kecil pada
bagian bawah daun
Cakram umbi lapis yang disebut
dengan cakram. Dengan demikian dapat dikatakan umbi lapis (bulbus batang
dan daun). Pada tumbuhan yang bereproduksi dengan umbi
lapis, terdapat kuncup samping. Kuncup samping yang tumbuh
biasanya merupakan umbi lapis kecil-kecil, berkelompok di sekitar
umbi induknya. Bagian ini dinamakan siung atau anak umbi lapis.
Jika siung tersebut dipisahkan dari induknya, maka akan menghasilkan
tumbuhan baru.
d) Umbi Batang
Kentang merupakan salah satu
contoh tumbuhan yang mengalami
pembengkakan pada batang di dalam tanah dan
berisi cadangan makanan. Batang yang demikian disebut dengan
umbi batang. Umbi
batang selain berfungsi untuk menyimpan cadangan
makanan juga berfungsi untuk Kuncup pada reproduksi. Tanaman ubi
jalar juga dapat Kentang
berkembangbiak dengan menggunakan umbi
batang.
e) Kuncup Adventif Daun
Daun
dapat
menghasilkan individu baru, pada bagian tepi daun
terdapat sel yang selalumembelah (sel meristem). Pada bagian daun yang
demikian dapat membentuk kuncup. Kuncup merupakan calon
tunas yang terdiri
atas calon batang beserta calon daun. Kuncup yang
terdapat pada tepi daun disebut kuncup adventif daun atau tunas liar pada tepi
daun. Contoh tumbuhan yang reproduksi dengan Bebek kuncup
adventif daun adalah cocor bebek.
2) Reproduksi Aseksual Buatan
Reproduksi aseksual juga dapat dilakukan dengan
bantuan manusia. Berikut ini
adalah berbagai macam kegiatan yang dapat dilakukan manusia untuk
membantu reproduksi tanaman.
a) Cangkok
Cangkok dapat dilakukan dengan
mengelupas kulit suatu tangkai
tanaman berkayu, kemudian dibalut dengan tanah dan
dibungkus dengan sabut kelapa atau plastik, sehingga tumbuh
akar. Apabila bagian kulit yang
terkelupas telah tumbuh akar, maka tangkai dapat
dipotong dan ditanam di tanah.
Tanaman yang dihasilkan dari cangkok memiliki
sifat seperti induk dan cepat
berbuah. Namun demikian, perakaran tanaman
ini kurang kuat. Cangkok dapat
dilakukan pada tanaman berkayu seperti mangga, rambutan, kelengkeng dan jeruk
b) Merunduk
Merunduk dapat dilakukan dengan membenamkan
tangkai tanaman ke tanah,
sehingga bagian yang tertanam dalam tanah
tumbuh akar. Apabila sudah tumbuh akar maka tanaman dapat
dipisahkan dari induk. Merunduk dapat dilakukanpada tanaman yang memiliki
cabang batang yang panjang dan lentur, misalnya bunga Alamanda.
c) Menyambung (enten)
Cara reproduksi menyambung (enten)
adalah dengan memotong suatu
batang tanaman lalu disambung dengan batang
tanaman lain yang sejenis yang
berbeda sifat. Pada satu pohon tanaman hasil
enten dapat menghasilkan dua atau lebih buah atau bunga
dengan sifat yang
berbeda, misalnya tanaman terong hijau disambung
dengan terong ungu, maka
dalam satu tanaman dapat menghasilkan terong hijau
dan terong ungu. Tanaman Batang pada Bibit suatu Pohon bunga
kertas (Bougainvillea) adalah salah tanaman yang sering
disambung agar dalam satu tanaman terdapat beberapa warna bunga,
misalnya pada suatu cabang batang tanaman bunga kertas yang
berwarna merah disambung dengan potongan cabang batang tanaman
bunga kertas berwarna ungu dan pada cabang lain disambung dengan
cabang batang yang memiliki bunga berwana putih. Dengan demikian,
akan dihasilkan tanaman bunga kertas yang memiliki bunga beraneka
warna dalam satu tanaman.
d) Menempel (okulasi)
Cara reproduksi menempel
(okulasi) dapat dilakukan dengan menempelkan mata tunas yang ada pada
kulit tanaman pada batang tanaman lain yang sejenis. Teknik okulasi
atau menempel sering digunakan oleh petani untuk mendapatkan tanaman
“unggul” dari atau lebih tanaman yang sejenis. Misalnya untuk
menghasilkan buah jeruk dengan
sifat unggul. Misalnya jenis pohon jeruk batang kuat
tetapi jeruknya kecil dan masam dan jenis pohon jeruk yang pohonnya tidak
terlalu kuat tetapi jeruknya besar dan manis. Mata tunas pohon jeruk
dengan hasil buah besar dan manis ditempelkan pada batang pohon jeruk
yang batangnya kuat. Oleh karena itu, akan dapat dihasilkan pohon
jeruk yang berbatang kuat dengan buah yang besar dan manis. Pohon
jeruk yang masih muda tetapi mampu menghasilkan buah dalam jumlah banyak
dan rasa yang manis dapat dihasilkan melalui teknik okulasi.
e) Setek
Setek adalah cara reproduksi
vegetatif dengan memotong
(memisahkan dari induk) suatu bagian tanaman dan kemudian
ditanam untuk menghasilkan individu baru, misalnya untuk
menanam ketela pohon atau
bunga mawar dapat menggunakan batangnya atau
disebut setek batang. Tanaman cocor bebek dapat diperbanyak dengan
menggunakan setek
daun. Tanaman sukun dapat diperbanyak dengan menggunakan
setek akar. Petani juga menggunakan teknik setek untuk
menanam tebu, rumput gajah untuk pakan ternak, dan pohon seruni.
b. Reproduksi Seksual pada Tumbuhan Angiospermae
Organ tumbuhan seperti akar,
batang, dan daun yang digunakan sebagai alat reproduksi. Pada reproduksi seksual,
digunakan sel kelamin yaitu sel sperma dan sel telur dan proses fertilisasi
untuk menghasilkan biji. Biji dapat tumbuh dan berkembang menjadi
tumbuhan baru.
1) Penyerbukan
(Polinasi)
Sel kelamin jantan pada bunga
terdapat pada buluh serbuk
sari. Serbuk sari dihasilkan dalam kepala sari. Lebah
dan hewan lain tertarik pada bunga karena warna Hinggap pada Bunga dari
mahkota bunga dan madu yang dihasilkan oleh bunga. Terdapat
hubungan yang saling menguntungkan antara lebah atau hewan lain
dengan bunga. Lebah dan hewan lain ternyata dapat membantu bunga
untuk melakukan penyerbukan. Pada tumbuhan, proses fertilisasi
atau pembuahan diawali dengan peristiwa polinasi atau
penyerbukan.
Serbuk sari melekat pada kaki
lebah. Saat lebah
berpindah, serbuk sari yang melekat pada kaki lebah
dapat melekat pada kepala putik. Proses menempelnya serbuk sari ke kepala putik disebut
penyerbukan (polinasi).
Macam-macam perantara yang dapat membantu penyerbukan
a)
Angin (Anemogami)
Tanaman jagung dan padi
memiliki bunga yang kecil dan tangkai bunga yang mudah
bergoyang bila tertiup
angin. Tanaman dengan bunga yang berukuran
kecil, jumlah bunga banyak
dan ringan, serta tidak menghasilkan nektar
atau bau merupakan beberapa ciri tanaman yang penyerbukannya dibantu oleh
angin. Penyerbukan yang dibantu
oleh angin disebut anemogami.
b) Serangga (Entomogami)
Ciri yang dimiliki bunga
matahari dan bunga yang memiliki ciri serupa sangat menarik
bagi serangga, seperti lebah,
untuk hinggap dan menghisap nektar. Umumnya
serbuk sari yang dihasilkan lengket sehingga mudah melekat pada kaki serangga.
Dengan demikian, serangga dengan Bantuan Lebah ikut memindahkan serbuk
sari ke putik. Penyerbukan yang terjadi dengan bantuan serangga
disebut entomogami.
Nektar atau madu yang dihasilkan
bunga mengandung berbagai
karbohidrat, seperti sukrosa, fruktosa, dan glukosa,
hingga mencapai 87%. Selain itu, nektar juga mengandung asam amino, asam
organik, vitamin, senyawa aromatik, dan juga mineral. Lebah atau serangga mencari
madu sebagai sumber energi untuk disimpan sebagai cadangan makanan.
c) Burung (Ornitogami)
Tanamanyangpenyerbukannya dibantu
oleh burung umumnya memiliki
ukuran bunga yang besar, berwarna merah
cerah, tidak berbau, menghasilkan nektar dalam jumlah
cukup banyak, dan
mahkota bunga berbentuk terompet, misalnya
bunga cangkring atau dadap
(Erythrina variegata). Ukuran bunga yang besar berguna
untuk menahan berat dari
burung. Namun tidak semua jenis burung dapat membantu penyerbukan. Contoh
burung yang dapat membantu
penyerbukan adalah burung isap madu dan
burung kolibri.
d) Kelelawar
(Kiropterogami)
Ciri-ciri bunga yang
penyerbukannya dibantu oleh kelelawar ialah menghasilkan nektar,
emiliki
warna yang menarik,
menghasilkan bau, dan mekar pada malam hari,
misalnya yaitu tanaman kaktus.
e) Manusia (Antropogami)
Tanaman yang penyerbukannya dibantu
oleh manusia biasanya merupakan
bunga yang berumah dua, artinya dalam pohon
hanya terdapat bunga jantan atau bunga betina saja. Ada
pula tanaman yang
serbuk sarinya sulit untuk bertemu dengan putik,
sehingga sulit untuk melakukan
penyerbukan sendiri, misalnya bunga vanili
dan anggrek.
2) Pembuahan (Fertilisasi)
Serbuk sari memiliki inti
vegetatif dan inti generatif.
Setelah serbuk sari melekat pada kepala putik
(stigma) yang sesuai
(berasal dari tumbuhan yang sejenis), maka serbuk
sari akan menyerap
air dan berkecambah membentuk buluh serbuk sari.
Buluh serbuk sari
tumbuh dan bergerak menuju bakal buah melalui
tangkai putik. Inti sel
di dalam buluh serbuk sari akan membelah menjadi
dua. Dua inti sel
generatif tersebut akan berkembang menjadi dua inti
sel sperma. Satu inti vegetatif di dalam serbuk sari berperan menjadi penuntun
gerak tumbuh buluh serbuk sari ke bakal biji. Satu inti sel sperma
membuahi inti sel telur (ovum) membentuk zigot (calon individu baru), dan
satu inti sel sperma yang lain membuahi inti kandung lembaga sekunder membentuk
endosperma atau cadangan makanan. Pada proses ini terjadi dua kali
pembuahan maka disebut dengan pembuahan ganda.
3) Penyebaranan
Biji
Sering
kita temukan tumbuhan yang tempat tumbuh induknya
berjauhan dengan tempat tumbuh anaknya, hal tersebut disebabkan tumbuhan
tersebut ternyata melakukan penyebaran biji. Setelah
terjadi pembuahan, bakal biji akan berkembang menjadi biji. Pada Angiospermae
biji diselubungi oleh buah yang telah berkembang dari bakal
buah (ovarium). Buah juga dapat membantu dalam penyebaran biji.
Penyebaran biji yang jauh dari induk akan meningkatkan peluang biji
untuk tumbuh dan berkembang dengan baik menjadi individu baru.
Hal ini dikarenakan biji yang tumbuh pada suatu area yang dekat dengan
induk, akan berkompetisi dengan induk untuk mendapatkan cahaya,
air, dan nutrisi. Proses penyebaran biji dapat terjadi secara alami
atau dengan bantuan manusia. Lakukan kegiatan berikut agar kamu
tahu macam-macam perantara dalam proses penyebaran biji.
Terdapat banyak bahan perantara
yang dapat membantu tanaman untuk menyebarkan biji, yaitu:
a) Anemokori
Proses penyebaran biji dengan bantuan
angin disebut anemokori
(anemo=angin). Ciri tumbuhan yang penyebarannya
dengan cara ini adalah
bijinya kecil, ringan, dan bersayap. Contohnya
adalah biji bunga Dandelion.
Biji yang ringan dan kecil tidak terlalu dipengaruhi
oleh gaya gravitasi bumi.
Keberadaan sayap pada biji membantu biji mudah
terbawa angin. Arah gerak biji mengikuti arah gerak angin.
b) Hidrokori
Proses penyebaran biji dengan bantuan
air disebut hidrokori (hidro=air). Ciri tumbuhan yang
penyebarannya dengan cara ini adalah hidupnya di dekat daerah
perairan, misalnya di pantai
ataupun tumbuhan yang hidup di air, contohnya
adalah pohon kelapa dan
bakau.
Biji kelapa tergolong biji
tumbuhan yang berukuran besar, dapat mencapai ukuran diameter 15 cm.
Biji kelapa diselubungi oleh buah yang terdiri atas tempurung kelapa,
sabut kelapa, dan kulit kelapa. Meskipun berukuran besar, buah
dan biji kelapa dapat mengapung di air dan dapat mengalir mengikuti
arus air. Kelapa dapat mengapung di air karena sabut buah kelapa
memiliki banyak rongga udara. Pada saat berada di air, sabut
kelapa memiliki prinsip kerja seperti pelampung, sehingga kelapa dapat
terapung.
c) Zookori
Proses penyebaran biji dengan bantuan hewan disebut zookori (zoo=hewan).
Penyebaran ini dibagi
menjadi empat, yaitu entomokori, kiropterokori, ornitokori,dan mammokori.
Entomokori adalah penyebaran biji
dengan perantara serangga. Contohnya adalah wijen
dan tembakau.
Kiropterokori adalah penyebaran biji
dengan perantara kelelawar.
Contohnya adalah jambu biji dan pepaya.
Ornitokori adalah penyebaran biji
dengan perantara burung.
Tumbuhan yang penyebarannya dengan cara ini adalah
tumbuhan yang buahnya menjadi makanan burung, tetapi bijinya tidak dapat tercerna.
Biji tersebut akan keluar dari tubuh burung bersamaan dengan
kotoran burung. Contohnya adalah beringin dan benalu.
Mammokori adalah penyebaran biji
dengan perantara mamalia.
Contohnya adalah hewan luwak yang membantu dalam
proses penyebaran biji kopi.
d) Antropokori
Proses penyebaran biji dengan bantuan
manusia disebut antropokori
(antro=manusia). Proses penyebaran dengan
cara ini dapat terjadi secara
sengajaataupuntidaksengaja. Penyebaran
biji yang secara tidak sengaja
dilakukan oleh manusia sengaja apabila biji
tumbuhan tersebut memiliki struktur biji yang yang
mudah melekat pada pakaian. Sebagai Menempel pada Pakaian contohnya
adalah rumput. Penyebaran
biji dengan sengaja sering dilakukan manusia terutama
pada bidang pertanian, yaitu ketika menanam padi, jagung, dan tanaman lain.
4) Perkecambahan
Biji yang masih belum tumbuh merupakan
biji yang berada pada keadaan dormansi biji. Dormansi yaitu
peristiwa dimana biji mengalami masa istirahat. Berakhirnya masa
dormansi biji adalah ketika biji mulai tumbuh menjadi tumbuhan baru
yang disebut dengan tahapan perkecambahan.
Lamanya masa dormansi
biji setiap jenis tumbuhan berbeda-beda. Masa dormansi biji dapat
diakhiri dengan memberi perlakuan yang berbeda-beda. Namun perkecambahan
berbagai macam biji dipengaruhi oleh faktor yang hampir sama. Untuk
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perkecambahan ayo
selesaikan kegiatan berikut.
5) Sifat
Keturunan Reproduksi Seksual
Reproduksi
seksual dihasilkan dari peleburan inti sel kelamin
jantan (sperma) dan
sel kelamin betina (telur). Sifat keturunan
diperoleh dari gabungan
sifat kedua induk. Hal inilah yang menyebabkan sifat
keturunan yang dihasilkan dari reproduksi seksual bervariasi.
c. Siklus Hidup Tumbuhan Angiospermae
Tumbuhan memiliki siklus hidup
yang dimulai ketika inti sel kelamin jantan dan betinanya
bersatu membentuk zigot, selanjutnya tumbuh dan berkembang menjadi tumbuhan dewasa. Selama
hidupnya tumbuhan melalui dua tahapan generasi, yaitu
generasi gametofit (gamet=sel; fit=tumbuhan) dan generasi sporofit (sporo=spora;
fit=tumbuhan). Generasi Gametofit adalah adalah generasi penghasil gamet (sel telur dan sel spermatozoa) yaitu generasi
haploid (n). Generasi sporofit adalah generasi penghasil spora yaitu generasi diploid (2n).
Spora pada
tumbuhan Angiospermae tidak terlihat se cara jelas, seperti pada
tumbuhan paku yang terlihat jelas sporanya (spora pada tumbuhan). Hal tersebut karena spora pada tumbuhan Angiospermae akan berkembang menjadi serbuk sari. Dalam
siklus hidup tumbuhan,
generasi haploid (n) bergiliran dengan generasi
diploid (2n), sehingga
dikatakan tumbuhan mengalami pergiliran generasi
atau metagenesis.
Sel telur
terdapat di dalam bakal biji. Peleburan sel telur dan sperma mengaki batkan bakal biji berkembang menjadi
biji. Sel kelamin terbentuk dari perkembangan spora yang
bersifat haploid (n). Hasil peleburan bersi fat diploid (2n). Biji akan tumbuh menjadi tumbuhan baru. Tumbuhan
baru akan memiliki akar, batang, daun, dan pada suatu saat
terbentuk bunga. Tumbuhan ini bersifat diploid dan dikenal dengan
generasi sporofit (penghasil spora). Tumbuhan baru akan memiliki akar, batang,
daun, dan pada suatu saat terbentuk bunga.
Pada bagian ujung benang sari
terdapat kepala sari (antera). Pada antera inilah serbuk sari dibentuk.
Bila serbuk sari menempel
pada kepala putik akan membentuk buluh serbuk sari dan menghasilkan dua inti sperma
yang haploid, dua inti sperma yang haploid inilah yang disebut gamet jantan. Pada
bagian pangkal putik adalah ovarium atau bakal buah. Di dalam bakal buah terdapat
bakal biji. Di dalam bakal biji inilah terdapat kantung lembaga
yang tersusun atas 7 sel dan 8 inti yang haploid, yaitu 3 sel antipoda, 2 sel sinergid, 1 sel telur, 1
sel kandung lembaga sekunder. Masing-masing sel mempunyai satu inti
haploid kecuali sel
kandung lembaga sekunder yang mempunyai
2 Reproduksi Tumbuhan Gymnospermae
Tumbuhan yang bijinya tidak
tertutup kulit buah atau berbiji terbuka disebut tumbuhan Gymnospermae. Pohon
pinus, pohon ginkgo, dan pakis haji juga tergolong Gymnospermae. Tumbuhan
Gymnospermae tidak memiliki bunga seperti halnya tumbuhan Angiospermae.
Namun, tumbuhan Gymnospermae
memiliki alat reproduksi seksual (generatif) yang
disebut strobilus
atau runjung. Pada tumbuhan pinus dan melinjo
terdapat dua jenis
strobilus dalam satu pohon yaitu strobilus jantan
dan strobilus betina terdapat banyak megasporofil. Tiap megasporofil mengandung
dua bakal biji. Tiap bakal biji mengandung megasporangium.
Sel dalam megasporangium akan mengalami meiosis dan
menghasilkan megaspora. Inti megaspora akan mengalami mitosis membentuk sel telur. Sel
dalam megasporangium akan mengalami meiosis dan menghasilkan
megaspora. Inti megaspora akan mengalami mitosis membentuk sel telur.
Penyerbukan pada Gymnospermae
terjadi jika serbuk sari
menempel pada liang bakal biji. Serbuk sari akan
tertangkap oleh cairan yang terdapat di lubang bakal biji. Jika cairan menguap
maka serbuk sari akan dapat masuk ke bakal biji dan terjadilah
pembuahan. Tumbuhan Gymnospermae dapat bereproduksi secara aseksual.
Tumbuhan Gymnospermae yang dapat bereproduksi secara aseksual
misalnya tumbuhan pakis haji dan pinus. Tumbuhan pakis haji
dapat reproduksi dengan menggunakan tunas yang disebut bulbil. Tumbuhan
pinus dapat berkembangbiak dengan menggunakan tunas akar. Siklus hidup pada Gymnospermae terdiri atas
dua tahapan, yaitu sporofit dan gametofit.
3. Reproduksi Tumbuhan Paku
Pada tumbuhan
pakis dan juga tumbuhan paku lain tidak berkembangbiak dengan
enggunakan bunga tetapi menggunakan spora. Namun demikian, tumbuhan paku
juga tetap dapat menghasilkan sel kelamin dalam reproduksinya.
Dengan demikian, tumbuhan paku dapat mengalami repoduksi secara aseksual maupun seksual. Jika kadar air pada kotak spora berkurang, kotak spora akan
sobek dan mengeluarkan spora yang ada di dalamnya. Spora akan tersebar dan
akan tumbuh menjadi protalium jika lingkungannya sesuai untuk tumbuh. Tahap gametofit dimulai
ketika protalium tumbuh. Protalium akan berkembang dan menghasilkan anteridium dan
arkegonium. anteridium akan berkembang menjadi
sperma flagel (berekor) dan arkegonium
menghasilkan sel telur.
Fertilisasi terjadi jika sperma
yang dihasilkan oleh anteridium
sampai pada sel telur yang dihasilkan oleh
arkegonium. Meskipun
memiliki
flagel, sperma tumbuhan paku memerlukan air untuk pergerakannya. Zigot yang tumbuh dan berkembang
akan memulai tahap sporofit baru Siklus yang terjadi pada tumbuhan paky disebut juga pergiliran keturunan.
Reproduksi aseksual pada
tumbuhan paku dilakukan dengan
rhizoma. Rhizoma dapat tumbuh ke segala arah dan
membentuk koloni tumbuhan paku yang baru. Rhizoma adalah batang yang tumbuh
di dalam tanah.
4. Reproduksi Tumbuhan Lumut
Tumbuhan Angiospermae,
Gymnospermae, dan tumbuhan paku dijumpai pada tahap sporofit, sedangkan tumbuhan
lumut pada tahap gametofit. Tumbuhan lumut mengalami
reproduksi aseksual melalui kuncup atau gemmae dan
melakukan fragmentasi. Fragmentasi terjadi ketika tumbuhan lumut
melepaskan sebagian tubuhnya untuk menjadi individu baru.
5. Teknologi Reproduksi pada Tumbuhan
a. Hidroponik
Hidroponik merupakan cara
penanaman tumbuhan dengan
menggunakan larutan nutrisi dan mineral dalam air
dan tanpa menggunakan tanah. Tanaman darat khususnya sayuran seperti paprika,
tomat, timun, melon, terong, dan selada dapat ditumbuhkan secara
langsung dalam wadah yang berisi nutrisi atau dengan ditambah medium
yang tak larut dalam air, misalnya kerikil, arang, sekam, spons,
serbuk kayu, dan lain sebagainya. Ilmuwan menemukan bahwa tumbuhan
menyerap nutrisi yang penting dalam bentuk ion-ion yang terlarut
dalam air.
b. Vertikultur
Vertikultur adalah teknik budidaya
tanaman dengan cara membuat
instalasi secara bertingkat (vertikal) dengan tujuan
untuk meningkatkan
jumlah tanaman. Teknik budidaya ini merupakan konsep
penghijauan yang cocok untuk daerah perkotaan dan lahan terbatas.
c. Kultur Jaringan Tumbuhan
Kultur jaringan adalah suatu
metode perbanyakan tumbuhan
dengan cara mengambil suatu bagian dari tanaman,
seperti sel atau sekelompok sel, jaringan, atau organ. Bagian tanaman yang telah diambil
selanjutnya ditumbuhkan dalam kondisi steril pada medium yang
mengandung nutrisi dan zat pengatur tumbuh (hormon). Bagian tanaman
akan dapat memperbanyak diri dan berkembang menjadi tanaman
yang memiliki organ yang lengkap yaitu akar, batang, dan daun.
Semua jenis tumbuhan dapat dikembangbiakkan menggunakan metode
ini, namun masing-masing memerlukan perlakuan khusus agar
dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.
B. Reproduksi
pada Hewan
Banyak hewan yang jumlahnya semakin berkurang seperti kura-kura,
orang utan, badak, harimau, gajah, burung elang, dan burung cendrawasih.
Pada bagian ini akan dibahas cara hewan melakukan reproduksi sehingga Setiap
hewan memiliki cara
reproduksi yang berbeda-beda. Secara umum cara
reproduksi hewan dibagi menjadi dua, yaitu aseksual dan seksual
1. Reproduksi Aseksual Pada Hewan
Beberapa hewan dapat melakukan
reproduksi aseksual seperti
halnya tumbuhan. Hewan dapat melakukan
reproduksi aseksual seperti halnya tumbuhan, yaitu dengan
menggunakan bagian tubuhnya. Berikut ini beberapa reproduksi
hewan secara aseksual.
a. Membentuk Tunas
Reproduksi aseksual dengan cara
membentuk tunas untuk
menghasilkan keturunan. Contoh hewan yang melakukan
reproduksi dengan cara ini antara lain Hydra sp., Porifera, dan
Coelenterata.
b. Fragmentasi
Planaria merupakan salah satu
contoh hewan yang melakukan
fragmentasi. Reproduksi dengan cara ini terjadi
melalui dua tahap.
Tahap pertama adalah fragmentasi, yaitu pematahan
atau pemotongan tubuh induk menjadi dua bagian atau lebih. Selanjutnya terjadi
tahap regenerasi, yaitu setiap potongan tubuh induk tersebut membentuk bagian
tubuh lain yang tidak ada pada bagian tersebut. Pada akhirnya, setiap
potongan tubuh tersebut akan membentuk individu baru dengan bagian tubuh yang lengkap seperti induknya.
c. Partenogenesis
Partenogenesis secara alami
dapat terjadi pada hewan seperti lebah, semut, tawon,
kutu daun, dan kutu air. Pada hewan tertentu, misalnya lebah, ovum
yang dibuahi akan tumbuh dan berkembang menjadi lebah betina,
sedangkan yang tidak dibuahi akan tumbuh menjadi lebah jantan. Lebah
betina bersifat steril dan memiliki tugas sebagai pekerja dalam
kawanan lebah. Lebah jantan bersifat fertil. Lebah jantan mampu
menghasilkan sel kelamin yang digunakan untuk membuahi sel telur yang
dihasilkan oleh lebah ratu. Lebah ratu adalah lebah yang menghasilkan
telur-telur yang menjadi lebah betina dan lebah jantan.
Selain lebah, kutu daun dan kutu
air juga dapat bereproduksi
dengan cara partenogenesis. Kutu daun betina dan
kutu air betina dapat terus menerus bertelur. Telur yang dihasilkan akan
berkembang dan menetas menjadi kutu betina tanpa didahului proses
fertilisasi. Meski demikian fertilisasi tetap diperlukan untuk menghasilkan
individu baru setelah beberapa generasi kutu mengalami partenogenesis.
2. Reproduksi Seksual pada Hewan
Sebagian besar hewan
bereproduksi secara seksual. Reproduksi seksual terjadi melalui
proses perkawinan antara hewan jantan dan hewan betina. Melalui
proses ini akan terjadi proses fertilisasi, yaitu proses peleburan inti
sel sperma dan inti sel telur. Proses fertilisasi ini akan menghasilkan
zigot. Selanjutnya, zigot akan berkembang menjadi embrio (calon
anak) dan pada tahap selanjutnya embrio akan berkembang menjadi
individu baru.
Proses fertilisasi dapat terjadi melalui dua cara,
yaitu fertilisasi internal dan fertilisasi eksternal? Fertilisasi internal
terjadi apabila proses peleburan antara inti sel telur dan inti
sel sperma terjadi di dalam tubuh hewan betina. Contoh hewan yang
melakukan fertilisasi secara internal antara lain: sapi, ayam, kura-kura,
buaya, dan lain-lain. Fertilisasi eksternal terjadi apabila proses
peleburan antara sel telur dan sel sperma terjadi di luar tubuh hewan
betina. Fertilisasi dengan cara ini biasanya terjadi pada hewan yang
hidupnya di lingkungan perairan, misalnya ikan.
Reproduksi seksual pada hewan
akan menghasilkan telur, anak, serta ada pula hewan yang bertelur dan beranak.
Berdasarkan cara perkembangan dan kelahiran embrionya hewan
yang bereproduksi secara seksual dibagi menjadi tiga jenis.
a. Hewan Vivipar
Hewan vivipar disebut
juga hewan beranak. Hewan ini
memiliki embrio yang berkembang di dalam
rahim induk betinanya dan akan
dilahirkan pada saat umurnya sudah mencukupi.
Embrio akan memperoleh
nutrisi melalui perantara plasenta, contoh: kucing, kelinci,
kerbau, gajah, badak, sapi, kerbau, anoa, babi,
banteng, dan kambing.
Hewan yang baru dilahirkan memerlukan nutrisi.
Sayangnya karena pencernaan bayi hewan belum kuat maka diperlukan makanan yang
mudah dicerna.
Pada hewan mamalia, induk hewan tidak perlu mencari makanan tambahan untuk anaknya. Tubuh hewan mamalia dengan kelenjar mammae yang dapat menghasilkan susu. Susu mengandung laktosa yang dapat dicerna oleh perut bayi hewan dengan mudah untuk menghasilkan nutrisi dan energi yang diperlukan.
Pada hewan mamalia, induk hewan tidak perlu mencari makanan tambahan untuk anaknya. Tubuh hewan mamalia dengan kelenjar mammae yang dapat menghasilkan susu. Susu mengandung laktosa yang dapat dicerna oleh perut bayi hewan dengan mudah untuk menghasilkan nutrisi dan energi yang diperlukan.
b. Hewan Ovipar
Contoh dari hewan ovipar antara
lain cicak, katak, ikan, ayam, burung, itik, dan lain
sebagainya. Hewan ovipar disebut juga dengan hewan
bertelur. Hewan ini
embrionya berkembang di dalam telur. Telur
hewan ini akan dikeluarkan dari
dalam tubuh induk betina dan akan dilindungi
oleh cangkang.
Hewan tertentu, misalnya penyu,
ikan, dan katak, menghasilkan
puluhan hingga ratusan telur setiap kali bertelur.
Akan banyak dihasilkan individu baru jika telur yang dihasilkan dibuahi
ataupun berhasil bertahan hidup. Tidak semua telur yang dihasilkan oleh
ikan dan katak yang telah mengalami pembuahan dapat menetas menjadi individu
baru. Tidak semua telur penyu yang menetas dapat bertahan hidup
sampai dewasa, karena adanya predator, ombak, dan arus laut yang
harus dihadapi oleh penyu yang baru saja menetas. Meskipun dapat
dihasilkan puluhan bahkan ratusan individu baru dalam sekali reproduksi,
kita juga tetap harus menjaga kelestarian ikan, katak, dan terutama
penyu agar tetap lestari.
c. Ovovivipar
Hewan ovovivipar disebut juga
hewan bertelur dan beranak.
Embrio hewan yang tergolong ovovivipar sebenarnya
berkembang di dalam telur, tetapi embrio tidak dikeluarkan dalam bentuk telur
seperti pada hewan ovipar. Telur tetap berada di dalam tubuh induk
betina. Setelah umur embrio cukup untuk dilahirkan, telur akan menetas
di dalam tubuh induk dan kemudian anaknya dilahirkan. Contoh dari hewan
ovovivipar antara lain kadal dan sebagian jenis ular.
3. Siklus Hidup Hewan
Hewan juga mengalami siklus
hidup seperti pada manusia dan
tumbuhan. Zigot kucing
berkembang di dalam rahim induk betina. Setelah beberapa waktu
anak kucing lahir dan menjadi kucing muda. Kucing muda tumbuh
menjadi kucing dewasa yang organ reproduksinya telah siap melakukan
fertilisasi. Jika fertilisasi terjadi maka akan terbentuk kembali zigot .
Pada satu siklus hidup,
ubur-ubur dapat bereproduksi secara seksual dan secara aseksual. Ubur-ubur
seringkali dijumpai
dalam bentuk medusa dan berada dalam tahap
generatif, yaitu dapat
menghasilkan sel kelamin. Sel kelamin dilepaskan ke
air dan dapat mengalami fertilisasi. Zigot akan berkembang menjadi larva. Jika berada pada tempat yang sesuai, larva akan tumbuh menjadi polip.
Pada bentuk polip, ubur-ubur dapat berkembangbiak secara aseksual
melalui tunas. Polip akan berkembang dan tersusun atas strobilus.
Polip strobilus mengalami reproduksi aseksual yaitu dapat terlepas dan berada pada bentuk medusa kembali. Telur akan dapat menetas dan menjadi individu yang menyerupai induknya, misalnya pada ayam, penyu, dan cicak. Ada pula telur yang menetas dan mengalami beberapa perubahan bentuk tubuh dalam pertumbuhannya, hingga akhirnya menjadi individu dewasa, misalnya pada kupu-kupu, nyamuk, lalat, belalang, dan katak. Perubahan bentuk tubuh tiap tahap pertumbuhan dan perkembangan biasanya dikenal dengan istilah metamorfosis. Katak merupakan salah satu hewan yang juga mengalami metamorfosis,
Polip strobilus mengalami reproduksi aseksual yaitu dapat terlepas dan berada pada bentuk medusa kembali. Telur akan dapat menetas dan menjadi individu yang menyerupai induknya, misalnya pada ayam, penyu, dan cicak. Ada pula telur yang menetas dan mengalami beberapa perubahan bentuk tubuh dalam pertumbuhannya, hingga akhirnya menjadi individu dewasa, misalnya pada kupu-kupu, nyamuk, lalat, belalang, dan katak. Perubahan bentuk tubuh tiap tahap pertumbuhan dan perkembangan biasanya dikenal dengan istilah metamorfosis. Katak merupakan salah satu hewan yang juga mengalami metamorfosis,
4. Teknologi Reproduksi pada Hewan
Kawin suntik
atau dikenal dengan istilah inseminasi buatan (IB) adalah proses
memasukkan cairan sperma (semen) dari sapi jantan yang unggul
ke dalam saluran reproduksi sapi betina dengan bantuan manusia.
Inseminasi buatan ini dilakukan dengan cara memasukkan sperma
(semen) yang telah dibekukan dengan menggunakan alat seperti suntikan.
Inseminasi buatan memiliki beberapa manfaat, antara lain efisiensi biaya, efisiensi
waktu dan jugu memperbaiki kualitas anakan sapi.
Perbaikan kualitas misalnya
sebagai penghasil daging yang
berkualitas (sapi potong). Sebagai contoh, untuk
menghasilkan anakan
sapi dengan kualitas daging yang baik dan berjumlah
banyak, diambil sel-sel sperma dari sapi brahman dari India untuk
diinseminasikan pada sapi betina lokal.
C. Kelangsungan Hidup Hewan dan
Tumbuhan
Di alam banyak kita jumpai
kejadian atau peristiwa kemiripan mahkluk hidup dengan
lingkungan sekitarnya (dapat berupa lingkungan biotik dan lingkungan
abiotik). Hal tersebut berkaitan dengan kemampuan mempertahankan diri dari
makhluk hidup. Pada ekosistem alami, terdapat peristiwa rantai makanan.
Jika makhluk hidup tidak dapat mempertahankan
diri maka proses reproduksi dapat berlangsung dan makhluk hidup dapat
punah. Pertahanan diri ini berkaitan dengan kemampuan adaptasi pada makhluk hidup.
1. Adaptasi
Pada proses
reproduksi, terjadi pewarisan materi genetik (yang mengandung sifat atau karakter induk) pada
keturunan. Materi genetik pada
makhluk hidup dapat mengalami perubahan. Perubahan materi genetik memiliki keterkaitan dengan proses
adaptasi makhluk hidup, pada individu dalam populasi memperbesar daya penyesuaian individu tersebut ketika
populasinya menempati habitat
yang baru atau terjadi perubahan pada lingkungan.
Perubahan materi genetik yang terjadi dari waktu ke
waktu pada individu dapat memberikan
dampak bagi kehidupan individu tersebut. Perubahan materi genetik dapat berdampak pada perubahan
karakter atau sifat dari
suatu makhluk hidup. Perubahan karakter yang terjadi dapat diturunkan pada keturunannya. Jika perubahan
materi genetik menyebabkan
individu tersebut dapat menyesuaikan diri terhadap habitat baru
ataupun terhadap perubahan yang terjadi pada lingkungan habitatnya maka dapat dikatakan individu
tersebut dapat beradaptasi.
a. Adaptasi
pada Hewan
Adaptasi yang
dilakukan oleh hewan dapat berupa adaptasi untuk
1) Adaptasi untuk Memperoleh Energi
Semua makhluk
hidup memerlukan makan, termasuk juga hewan. Melalui proses adaptasi, hewan memiliki kemampuan yang
berbeda dalam
memperoleh makanan, memakan dan mencerna makanan.
Berdasarkan
jenis makanannya, hewan dibagi menjadi hewan herbivora, karnivora dan omnivora. Rusa, beberapa ikan,
kambing, banteng, dan
serangga merupakan contoh dari herbivora. Herbivora merupakan hewan pemakan tanaman. Hewan yang
memakan hewan lain disebut
karnivora. Misalnya elang, harimau, singa dan serigala.
Beberapa
karnivora merupakan pemakan sisa makanan hewan lain. Hewan yang memakan hewan lain dan juga tumbuhan
disebut omnivora.
Misalnya beruang dan rakun. Perbedaan diantara ketiga jenis hewan tersebut ialah pada enzim yang
terdapat pada sistem pencernaan
dan pada struktur gigi. Beberapa kumbang dan lipan merupakan detritivor, yaitu organisme pemakan
detritus (zat yang telah
hancur dan busuk)
2) Adaptasi Fisik
Beberapa
spesies hewan yang merupakan mangsa dari predator memiliki bentuk
fisik yang memungkinkan mereka terhindar dari predator. Adaptasi terjadi pada hewan tertentu sehingga
memiliki struktur
tubuh yang seolah-olah “menyatu” dengan lingkungan.
Bagian luar
tubuh atau penutup tubuh hewan dapat memberikan perlindungan terhadap beberapa hewan. Beberapa serangga
memiliki kulit luar
yang keras. Kura-kura, penyu dan beberapa hewan yang tinggal di air memiliki struktur pelindung
yang berfungsi melindungi hewan
tersebut dari predator. Ukuran tubuh juga merupakan salah satu tipe pertahanan diri. Hewan yang
berukuran besar biasanya lebih aman
daripada hewan berukuran kecil.
Mimikri
adalah salah satu kemampuan hewan dari hasil adaptasi, dimana suatu hewan memiliki kemiripan dengan
hewan lain secara tingkah
laku maupun penampilan. Salah satu kejadian mimikri ialah pada ular scarlet king yang menyerupai ular
karang.
Ular scarlet
king bukanlah ular yang berbahaya, namun ular karang adalah jenis ular yang berbahaya. Ular
scarlet king yang kurang berbahaya
mengalami perubahan materi genetik dari waktu ke waktu untuk berkembang menyerupai spesies ular yang
berbahaya seperti ular
karang. Jika predator tidak dapat membedakan diantara dua hewan tersebut, predator biasanya tidak akan
memangsa semua hewan
tersebut. Contoh lainya adalah belalang yang menyerupai bunga anggrek untuk menghindar dari predator.
Beberapa
hewan memiliki penampilan yang menyerupai lingkunganya, misalnya serangga yang
berwarna hijau yang tinggal di
rerumputan. Suatu tanda atau warna yang membantu hewan bersembunyi di lingkungan dari predator
disebut. Bunglon memiliki kemampuan
untuk merubah warna tubuh menyesuaikan dengan tempat sekitar.
Kamuflase juga merupakan salah satu adaptasi yang dilakukan oleh predator untuk mengelabui mangsa.Macan memiliki lurik yang membuatnya tersembunyi pada rumput yang tinggi. Paus pembunuh berwarna hitam pada permukaan tubuh mereka dan putih pada bagian bawah. Dari permukaan warna paus akan menyatu pada kegelapan lautan dalam. Jika terlihat dari bawah, bagian tubuh bawah paus yang putih membuatnya terlihat seperti warna cerah langit. Adaptasi ini memungkinkan predator sukses dalam melakukan perburuan.
Kamuflase juga merupakan salah satu adaptasi yang dilakukan oleh predator untuk mengelabui mangsa.Macan memiliki lurik yang membuatnya tersembunyi pada rumput yang tinggi. Paus pembunuh berwarna hitam pada permukaan tubuh mereka dan putih pada bagian bawah. Dari permukaan warna paus akan menyatu pada kegelapan lautan dalam. Jika terlihat dari bawah, bagian tubuh bawah paus yang putih membuatnya terlihat seperti warna cerah langit. Adaptasi ini memungkinkan predator sukses dalam melakukan perburuan.
3) Adaptasi Tingkah Laku
Hewan melakukan adaptasi secara fisik, akan tetapi
hewan juga melakukan
adaptasi secara tingkah laku. Adaptasi tingkah laku memungkinkan hewan untuk
menangkap mangsa ataupun untuk menghindari predator. Bahan kimia merupakan
bahan yang sering digunakan oleh
beberapa hewan untuk menghindar dari predator. Beberapa semut dan kumbang mengeluarkan cairan berbau tidak
enak. Ketika cumi dan
gurita merasa terancam, hewan tersebut dapat menyemburkan tinta sehingga dapat melepaskan diri dari
predator.
Perilaku
berkelompok merupakan salah satu tingkah laku yang dapat melindungi kawanan hewan dari buruan
predator. Misalnya ikan
yang membentuk kawanan, karena kawanan ikan terlihat seperti organisme yang besar sehingga ikan predator
tidak akan memangsa kawanan
ikan tersebut. Bagi predator, dengan berkelompok membentuk kawanan akan dapat memperoleh mangsa yang
lebih besar daripada berburu secara individu.
b. Adaptasi
pada Tumbuhan
Tumbuhan juga
melakukan adaptasi. Adaptasi dilakukan agar tumbuhan dapat bertahan hidup di daratan. Adaptasi yang
dilakukan ialah berupa
perlindungan dan penyokong, substansi tambahan pada dinding sel, dan adaptasi pada reproduksi.
1) Perlindungan dan Penyokong
Air merupakan
komponen penting bagi semua makhluk hidup, begitupun bagi tumbuhan. Adaptasi bagaimanakah yang
membantu tumbuhan
mempertahankan kandungan airnya? Batang, daun maupun bunga memiliki lapisan sel epidermis yang
diselubungi oleh kutikula.
Kutikula
merupakan suatu lapisan lilin yang disekresikan oleh sel ke bagian permukaan tanaman. Kutikula
memperlambat kehilangan air
pada tumbuhan. Penyokong merupakan bentuk adaptasi yang dilakukan tumbuhan agar dapat tumbuh dengan
kuat di daratan. Sel tumbuhan
memiliki dinding sel yang tersusun atas selulosa. Selulosa memberikan bentuk dan kekuatan pada tanaman.
Pada
permukaan daun beberapa tumbuhan memiliki stomata yang umumnya membuka pada siang hari dan menutup pada
malam hari. Stomata
membuak di siang hari ketika tumbuhan membutuhkan zat yang diperlukan untuk fotosintesis. Stomata juga
dapat menutup ketika
tumbuhan kehilangan banyak air. Adaptasi ini juga dapat mempertahankan keberadaan air pada sel daun
tumbuhan.
2) Zat Tambahan pada Dinding Sel
Beberapa sel
tumbuhan menghasilkan substansia lain selain selulosa untuk membuat dinding sel lebih kuat. Misalnya
daun pada tanaman pinus yang tahan terhadap es yang membeku di
atasnya
3) Reproduksi
Adaptasi pada
reproduksi juga dapat membantu tumbuhan bertahan hidup di daratan, misalnya saja tumbuhan
memiliki spora yang tahan
terhadap kekeringan. Tumbuhan lain memiliki biji yang dilapisi oleh lapisan yang dapat mencegah
biji kekurangan air.
Adaptasi dalam proses penyebaran biji. Beberapa biji memiliki struktur yang membantu biji tersebut untuk tersebar dan jatuh pada tempat yang sesuai untuk tumbuh. Coba ingat lagi pada sub bab penyebaran biji, apa saja perantara penyebaran biji? Biji dandelion memiliki “sayap” yang membantunya untuk dapat terbang jika tertiup angin. Biji beberapa rerumputan memiliki kait yang mudah terikat pada baju maupun bulu burung sehingga dapat tersebar melalui perantaraan manusia maupun burung. Kelapa memiliki sabut kelapa yang juga memiliki fungsi menyerupai pelampung sehungga kelapa dapat mengapung di air dan terbawa aliran air.
Adaptasi dalam proses penyebaran biji. Beberapa biji memiliki struktur yang membantu biji tersebut untuk tersebar dan jatuh pada tempat yang sesuai untuk tumbuh. Coba ingat lagi pada sub bab penyebaran biji, apa saja perantara penyebaran biji? Biji dandelion memiliki “sayap” yang membantunya untuk dapat terbang jika tertiup angin. Biji beberapa rerumputan memiliki kait yang mudah terikat pada baju maupun bulu burung sehingga dapat tersebar melalui perantaraan manusia maupun burung. Kelapa memiliki sabut kelapa yang juga memiliki fungsi menyerupai pelampung sehungga kelapa dapat mengapung di air dan terbawa aliran air.
2. Seleksi Alam
Di alam terdapat hubungan mangsa dan predator.
Umumnya predator bergantung
pada warna dan bentuk tubuh mangsa dalam mengenali mangsanya. Keberadaan mangsa yang tidak
mencolok cenderung menyulitkan
predator untuk menangkapnya. Ada hewan-hewan yang menjadi sedikit jumlahnya karena tidak mampu
mempertahankan diri dari
predator serta tidak dapat melakukan reproduksi. Ada pula hewan yang tetap hidup karena mampu bertahan dari
serangan predator.
Makhluk hidup
yang karakternya
atau sifatnya dapat membuatnya bertahan hidup menghadapi lingkungan baru ataupun perubahan lingkungan
serta dapat
bereproduksi, tidak akan mengalami kepunahan. Makhluk hidup demikian dapat dikatakan lolos seleksi
alam.
0 komentar:
Post a Comment